Jakarta, 7 Mei 2025 — Perubahan pola mobilitas masyarakat terus mengalami akselerasi positif seiring dengan meningkatnya penggunaan kereta bandara di berbagai daerah. KAI Group memanfaatkan momentum ini untuk mengembangkan layanan yang tidak hanya efisien dan nyaman, tetapi juga mendukung konektivitas lintas moda yang terintegrasi secara nasional.
Menurut Vice President Public Relations KAI, Anne Purba, kehadiran kereta bandara bukan sekadar menyediakan sarana menuju bandara, melainkan menjadi bagian penting dalam upaya menciptakan ekosistem transportasi masa depan.
“Kereta bandara bukan semata layanan antar-jemput, tapi bagian dari ekosistem mobilitas yang mendorong masyarakat berpindah dari transportasi berbasis kendaraan pribadi ke angkutan massal yang lebih ramah lingkungan,” ujar Anne.
Salah satu bukti konkret dari keberhasilan pengembangan layanan ini dapat dilihat pada kinerja KA Bandara Internasional Adi Soemarmo (BIAS) yang mengalami lonjakan signifikan dalam jumlah penumpang. Pada periode Januari hingga April 2025, penumpang BIAS mencapai 231.450 orang, naik drastis dari 39.129 orang pada periode yang sama tahun 2024, atau meningkat 492%. Perkembangan ini didorong oleh perpanjangan rute dan penguatan integrasi moda bersama DJKA Kementerian Perhubungan.
Hal yang sama juga terjadi di Sumatera Selatan, tempat LRT yang menghubungkan Bandara Sultan Mahmud Badaruddin II dengan Stasiun DJKA (Depot Jakabaring) mencatat pertumbuhan yang menggembirakan. Dari 1.332.201 penumpang pada Januari–April 2024, angka ini naik menjadi 1.462.303 di tahun 2025, atau bertumbuh sebesar 9,7%. Layanan LRT ini menjadi andalan masyarakat Palembang untuk mobilitas urban yang cepat dan nyaman.
Yogyakarta dan sekitarnya juga menunjukkan tren serupa. Layanan KA Yogyakarta International Airport (YIA) dan YIA Ekspres melayani 888.653 penumpang pada empat bulan pertama tahun ini, meningkat 5,4% dibanding tahun lalu. Ini mengindikasikan konsistensi masyarakat dalam memilih transportasi berbasis rel untuk perjalanan menuju bandara.
Di Sumatera Barat, KA Minangkabau Ekspres yang menghubungkan Pulau Air dan BIM juga terus diminati. Selama Januari–April 2025, jumlah penumpangnya tercatat 102.315, naik dari 101.473 pada periode yang sama tahun sebelumnya. Sementara itu, KA Lembah Anai tetap menyediakan layanan feeder gratis dari Stasiun Duku ke bandara dan melayani 34.348 penumpang sepanjang periode yang sama.
“Fasilitas feeder gratis menjadi insentif yang sangat membantu, khususnya bagi penumpang dari wilayah aglomerasi. Ini bagian dari pendekatan inklusif kami dalam mendesain layanan,” ujar Anne.
Dari wilayah barat Indonesia, tepatnya Sumatera Utara, KA Srilelawangsa yang menghubungkan Medan ke Bandara Kualanamu melalui Binjai mencatat pertumbuhan sebesar 17,3%. Pada Januari–April 2024, jumlah penumpangnya mencapai 730.510 dan kini meningkat menjadi 857.113. Ini memperlihatkan bahwa layanan kereta bandara tak hanya relevan bagi pusat kota, tapi juga kawasan-kawasan penyangga.
Sementara di Jabodetabek, Commuter Line Bandara Soekarno-Hatta terus menjadi moda andalan. Layanan ini mencatatkan 705.255 pelanggan selama empat bulan pertama 2025, mempertegas kontribusinya dalam mengurangi beban lalu lintas darat di jalur menuju bandara tersibuk Indonesia tersebut.
Secara keseluruhan, peningkatan jumlah pengguna kereta bandara mencerminkan meningkatnya kesadaran publik akan pentingnya mobilitas berbasis integrasi moda. Kereta bandara bukan hanya solusi logistik, tapi bagian dari visi jangka panjang KAI dalam menghubungkan masyarakat dengan efisien dan berkelanjutan.
“Integrasi moda adalah jantung dari sistem transportasi modern dan kereta bandara adalah nadinya. Mengalirkan konektivitas, efisiensi, dan pengalaman perjalanan yang lebih baik untuk semua,” tutup Anne. (Redaksi)
Leave a Reply